Lemahnya penegakan hukum dan tidak terjaminnya hak warga dalam mendapat perlindungan keamanan dan kenyamanan hidup di bumi pertiwi ini membuat maraknya aksi kekerasan dan aksi semau gue. Keberadaan aparat penegak hukum resmi yang cenderung bertindak bak pemadam kebakaran dan lebih ‘pamrih’-nya daripada bekerja sesuai aturan dan undang-undang menjadikan negara ini amburadul.
Di sana-sini di pelosok Nusantara kita lihat berbagai aksi anarkistis merebak, ketidakpuasan masyarakat di banyak sektor akibat rendahnya mutu pengelolaan negara di tingkat daerah hingga nasional memicu ungkapan berlebihan masyarakat dalam bentuk-bentuk kekerasan.
Di sisi lain aparat seolah bingung mengatasi maraknya aksi-aksi protes dan kekecewaan masyarakat yang dilampiaskan di wilayah publik. Akibat kebingungan, aparat ibarat anak ayam kehilangan induknya, kerapkali melakukan pembiaran-pembiaran sejumlah potensi yang memungkinkan timbulnya aksi premanisme bahkan tatkala aksi main hakim sendiri itu telah diwujudnyatakan di depan publik, aparat seolah tak berdaya.
Debt collector yang merajalela di negara ini juga muncul dari akibat lemahnya otoritas negara dalam menjalankan kewajiban dan wewenangnya.
Pimpinan aparatur negara di tingkat daerah dan nasional yang seharusnya memberikan teladan dalam menegakkan supremasi hukum malah tidak tampak menjalankan fungsi mekanisme kontrol dengan baik sesuai otoritasnya.
Fenomena ini yang membuat perilaku debt collector seolah mendapat angin sehingga semakin menjadi-jadi dan mengerikan.
Sejumlah kasus di diaerah dan di Jakarta yang membawa korban jiwa terbukti bahwa perbuatan hukum rimba ini tengah terjadi di negara yang katanya demokratis itu.
Perbuatan debt collector yang semakin mengerikan ini tak terlepas dari peluang yang memungkinkan untuk itu. Peran aparat mulai dari penegak hukum, Bank Indonesia hingga pihak perbankan itu sendiri menjadikan perilaku sadistis debt collector tumbuh subur sebagai satu cara menyelesaikan persoalan utang kredit macet perseorangan.
Sekarang ini jika persoalan utang piutang sudah jatuh ke tangan debt collector, itu berarti otot bukan otak yang berbicara.
0 komentar:
Posting Komentar
caci - maki kalian sangat saya harapkan untuk kemajuan saya di hari mendatang dan silahkan tinggalkan cacian anda disini